JAKARTA, KOMPAS.com - Peringkat infrastruktur Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Dari 100 negara yang disurvei World Economic Forum, Indonesia berada pada peringkat 78. Keadaan itu melemahkan daya saing untuk menarik investasi, dan infrastruktur yang buruk juga menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
Demikian disampaikan Ketua DPD RI, Irman Gusman, dalam Rapat Kerja Nasional Bidang Infrastruktur Kamar Dagang dan Industri Nasional dengan tema "Revitalisasi Infrastruktur Nasional" Selasa (26/3/2013) di Jakarta.
Selama ini yang terjadi adalah kurang adanya koordinasi. Masing-masing bekerja secara sektoral. "Jangan sampai ekonomi kita seperti yang dikatakan Bung Karno pada 1930 yaitu ekonomi negara terjajah. Kadin harus memimpin perubahan," kata Irman, dalam sambutannya.
Irman menambahkan, kondisi infrastruktur di Indonesia masih buruk dan tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. "Total ruas jalan tol Indonesia baru ada sepanjang 750 kilometer sejak 1978. Itu sangat kalah dibandingkan dengan Malaysia yang telah memiliki 3.500 kilometer," ujar Irman.
Kondisi pelabuhan di negara kepulauan dan maritim ini pun buruk. "Kita baru memiliki 18 pelabuhan samudera, sedangkan di Thailand sudah ada satu pelabuhan besar pada setiap 50 kilometer panjang pantainya," kata Ketua DPD.
Padahal, lanjut Irman, infrastruktur menjadi prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial. Peningkatan stok infrastruktur sebesar satu persen mampu mendorong peningkatan PDB sebesar 1 persen. "Menteri PU pernah mengungkapkan, anggaran pembangunan infrastruktur hanya mencapai 5 persen dari PDB. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan India yang mencapai 7 persen PDB dan Cina hampir 10 persen dari PDB," kata Irman.
Irman melanjutkan, menurut Global Competitiveness Index yang dikeluarkan World Economic Forum 2012-2013, ranking daya saing Indonesia berada pada posisi 50 dari 144 negara. Peringkat itu melemah dari posisi 46 pada 2011.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Infrastruktur, Rachmat Gobel, masih ada banyak masalah infrastruktur di seluruh Indonesia. "Masalah infrastruktur misalnya adalah masalah sektor yang menghubungkan sentra industri ke pelabuhan, masalah listrik yang belum sampai ke daerah-daerah, juga masalah air. Jadi ini semua yang menjadi perhatian kadin," kata Rachmat Gobel.
Berkaitan dengan rapat nasional itu, Rachmat mengungkapkan pertemuan ini menjadi sangat mendesak, karena tahun depan pemilu. "Kalau pengusaha dan petani tidak segera didorong dan harus menunggu dua tahun lagi, daya saing kita makin hilang dan impor kita makin tinggi. Jika demikian, maka tidak akan ada lagi orang bertani. Kita harus menjaga semangat para petani. Bila hasil mereka bisa disalurkan dan kesejahteraan mereka meningkat," ujar Rachmat.
Menurut Rachmat, pengusaha daerah tidak dilibatkan secara langsung dalam proyek MP3EI. "Mereka hanya menjadi penonton. Semua dari pusat yang masuk, hanya sedikit yang dilibatkan. Sebetulnya, harapan para pengusaha di daerah ini adalah proyek itu adalah bagian dari pembinaan pengusaha lokal. Ini proyek pemerintah untuk membina membangun pengusaha lokal untuk menjadi pengusaha nasional yang akhirnya global," kata Rachmat.
"Semua kunci ada di infrastruktur. Kalau infrastruktur, tidak dijalankan dan tidak ada terobosan maka daya saing kita akan lemah," ucap Rachmat Gobel.
Anda sedang membaca artikel tentang
Infrastruktur Indonesia Peringkat 78
Dengan url
http://manchesterunitedsuporter.blogspot.com/2013/03/infrastruktur-indonesia-peringkat-78.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Infrastruktur Indonesia Peringkat 78
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Infrastruktur Indonesia Peringkat 78
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment